TAMALAMUNG
1)
Bagaimana asal mula tradisi Tama Lamung dalam upacara khitan pada masyarakat
bangsawan Samawa di Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa,
2)
Bagaimana perubahan- perubahanyang terjadi pada tradisi Tama Lamung dalam
upacara khitan pada masyarakat bangsawan Samawa di Kecamatan Sumbawa, Kabupaten
Sumbawa,
3) Apakah factor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam tradisi Tama Lamung pada upacara khitan
pada masyarakat bangsawan Samawa di Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa,
4) Bagaimanakah kelangsungan
tradisi Tama Lamung pada kehidupan pada masyarakat bangsawan Samawa di
Kecamatan
Sumbawa, Kabupaten Sumbawa,
5) Bagaimanakah makna
pendidikan dari tradisi Tama Lamung pada generasi muda di Kecamatan Sumbawa
Kabupaten Sumbawa. Sesuai dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari
penilitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis perubahan yang terjadi
dalam tradisi Tama Lamung, serta
mendeskripsikan dan menganalisis kelangsungan dan makna pendidikan dalam
tradisi Tama Lamung di tengah-tengah kehidupan masyarakat Kecamatan Sumbawa.
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Adapun
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
wawancara,observasi,dan dokumentasi. Analisis datayang digunakan adalah analisis
interaktif yang telah dilakukan sejak dilapangan. Hasil dari analisis
interaktif kemudian direduksi untuk diperoleh gambaran yang lebih tajam tentang
hasil pengmatan. Selain analisis interktif digunakan juga komparasi data dengan
tujuan membandingkan kasus Tama Lamung yang satu dengan kasus Tama Lamung yang
lainnya sehingga ditemukan perubahan dalam tradisi tersebut. Terakhir data
diinterprestasi dengan teori perubahan kebudayaan. Dari sini dapat disimpulkan
tentang perubahan yang terkandung dalam tradisi Tama Lamung sehingga tradisi
ini tetap dipertahankan. Dalam penelitian ini pengecekan keabsahan data temuan
dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi, dan teknik ketekunan
pengamatan. Penelitian ini memeperoleh hasil yaitu:
1.
Asal
mula tradisi tama lamung
Lamung adalah bermula dari kebiasaan
menggunakan lamung pene bagi
seorang wanita Sumbawa khususnya di kecamatan Sumbawa yang akan memasuki usia
remaja. Wanita yang melaksanakan tradisi
Tama Lamung haruslah dari golongan bangsawan dan tau sanak (golongan merdeka). Guna menghindari
malapetaka yang dapat menimpa individu yang bersangkutan maka dilaksanakan
tradisi Tama Lamung. Hal ini dapat dilihat dalam prosesi Tama Lamung yang dalam
tahapannya seperti berodak dan maning suci berguna untuk menolak bala berupa
penyakit seperti kesikal (kesurupan) yang
dapat menimpa wanita tersebut.
2. Dalam
perkembangannya tradisi ini mulai mengalami
perubahan yang di sebabkan oleh adanya perubahan ide pada masyarakat
bangsawan samawa yang mulai menitik beratkan pada pola piker praktis ekonomi. Namun
perubahan yang terjadi dalam Tama Lamung hanya terlihat pada permukaannya atu
kulitnya saja,sedangkan makna dan tujuan
dari upacara ini masih tetap di pertahankan,artinya masih ada masyrakat
yang melaksanakannya tradisi ini karena menganggap tradisi ini masih di
perlukan dan berguna dalam kelangsungan hidup masyarakat tersebut.
3. adapun beberapa factor yang mendorong
perubahan dalam pelaksanaan upacara Tama Lamung antara lain factor ekonomi yang
menyebabkan tradisi ini mulai di sederhanakan dengan menggabungkannya dalam
upacara-upacara lain terutama dalam acara khitan. Selain itu kemajuan teknologi
membawa perubahan dalam paralatan yang di gunakan dalam upacara Tama Lamung yang tidak lagi menggunakan peralatan
tradisional melainkan telah diganti dengan peralatanan modern. Hal ini
dikarenakan pola fikir masyrakat Sumbawa yang lebih mementingkan kepraktisan
dari peralatan tersebut. Faktor pendidikan dan agama dalam hal ini mulai jarang
dilakukan oleh masyarakat pendukungnya.
4. Tradisi Tama Lamung yang mulai
jarang di lakukan menyebabkan masyarakat muali mengenal adanya tradisi rebuya
(mencari) agar di laksanakan upacara Tama Lamung.
5. Wanita yang telah melakukan
upacara Tama Lamung maka memiliki kewajiban untuk menjaga harkat dan
martabatnya sebagai wanita dengan selalu mengikuti segala adat istiadat dalam
masyarakat. Adat istiadat ini dapat di pelajari dengan mengikutsertakan wanita
tersebut dalam berbagai upacara adat seperti menjadi ina odak (orang yang
mengurus segala keperluan acara). Dan ina saneng (pedampaing kedua mempelai)
dalam upacaara perkawinan. Tradisi Tama Lamung mulai mengalami kepunahan, oleh
sebab itulah di harapkan kepada pemerintah setempat dan budayawan Sumbawa untuk
lebih memperhatikan keberadaan upacara Tama Lamung. Perhatian ini dapat berupa motivasi,
atau fasilitas upacara agar masyarakat tetap melaksanakan upacara Tama Lamung
seperti yang dilakukan nenek moyangnya, sehingga generasi muda khususnya yang
berada di kecamatan Sumbawa tetap mengenal dan mengetahui keberadaan tradisi
Tama Lamung.
Tama Lamung diKecamatan Sumbawa dulu sering
dilaksanakan oleh masyarakat Sumbawa
tapi sekarang acara Tama Lamung jarang dilaksanakan. Acara Tama Lamung
dilaksanakan pada acara yaitu:
1)
Khitan
(basunat)
2)
Pencucian
perut(bisotian)
3)
Belulur(odak
pancar)
Di acara Bisotian juga
dilaksanakan acara Tama Lamung bisa juga tidak. Diacara Basunat pun harus
dilaksanakan tidak seperti acara Bisotian bisa tidak dilaksanakan
Adat istiadat Tama Lamung ini dilaksanakan dalam upacara perkawinan adat
Sumbawa maupun dalam upacara khitan,menurut adat istiadat Sumbawa dalam upacara
perkawinan biasanya di rangkaikan dengan upacara odak pancar dan upacara Tama
Lamung.